Sejarah Legenda Gunung Bromo, Cerita Asal Usul Suku Tengger

Cerita Legenda Asal Usul Gunung Bromo

Sejarah Legenda Gunung Bromo. Gunung Bromo memiliki sejarah panjang dan kaya yang terhubung erat dengan asal usul dari legenda Suku Tengger, suku asli yang mendiami kawasan tersebut. Gunung Bromo, juga dikenal sebagai Kaldera Tengger, yang kaya dengan sejarah dan legenda yang menarik pada masa lampau.

Sejarah Gunung Bromo

Gunung Bromo (ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut) adalah gunung merapi yang masih aktif dan memiliki kawah yang mempesona. Kawah ini memiliki diameter sekitar 800 meter (utara-selatan) dan 600 meter (timur-barat). Untuk melihat kawah ini dari dekat, Anda dapat berjalan kaki atau naik kuda, kemudian menaiki 250 anak tangga hingga mencapai tepi kawah dan menikmati pesonanya.

Dahulu kala, menurut cerita rakyat suku Tengger, Sejarah Gunung Bromo berasal dari Gunung Tengger dengan ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut. Gunung Tengger adalah gunung tertinggi pada masanya setelah Gunung Semeru. Seringnya letusan kecil akhirnya mengakibatkan letusan dahsyat, menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari 8 kilometer. Akibat letusan tersebut, muncul gunung-gunung baru seperti Gunung Bromo, Widodaren, Watangan, Kursi, dan Gunung Batok yang masih dapat kita lihat hingga saat ini.

Legenda Suku Tengger di Bromo

Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo Jawa Timur Legenda Gunung Bromo bercerita tentang peristiwa pada masa lalu. Ketika dewa dan dewi turun ke dunia, Kerajaan Majapahit mengalami serangan dan mencari tempat pengungsian. Dewa dan dewi menuju ke kawasan Gunung Bromo yang masih tenang dan diselimuti kabut putih. Para dewa bersemayam di lereng Gunung Penanjakan, tempat matahari terbit dan tenggelam terlihat indah.

Di sekitar Gunung Penanjakan, tempat para dewa bersemayam, ada seorang pertapa. Suatu hari, seorang istri melahirkan seorang anak laki-laki bernama Joko Seger, yang memiliki wajah tampan dan cahaya yang terang. Anak ini lahir seperti titisan dewa yang suci. Kesehatan dan kekuatannya luar biasa. Di tempat yang sama, lahir juga seorang bayi perempuan bernama Roro Anteng, yang cantik dan elok. Legenda ini mengisahkan kisah tragis cinta antara Joko Seger dan Roro Anteng.

Jadi, Gunung Bromo bukan hanya keajaiban alam, tetapi juga memiliki cerita dan legenda yang memikat. Bagi penduduk setempat, Gunung Bromo adalah tempat persembahan kepada dewa dan memiliki makna yang mendalam dalam budaya dan sejarah mereka.

Cerita Asal Usul Bromo & Suku Tengger

Berikut adalah beberapa poin penting dalam sejarah Gunung Bromo yang berkaitan dengan cerita legenda asal usul suku tengger penduduk asli yang menempati area tersebut:

Asal Usul Nama:

Nama “Bromo” berasal dari kata “Brahma”, dewa pencipta dalam agama Hindu. Suku Tengger percaya bahwa Gunung Bromo adalah tempat suci dan merupakan tempat tinggal Dewa Brahma.

Legenda Roro Anteng dan Joko Seger:

Legenda terkenal menceritakan tentang Roro Anteng dan Joko Seger, sepasang suami istri yang diusir dari Kerajaan Majapahit. Mereka menetap di Gunung Bromo dan melahirkan 25 anak. Karena kesulitan menghidupi anak-anaknya, Roro Anteng dan Joko Seger memutuskan untuk mengorbankan anak bungsu mereka, Kusuma, ke kawah Gunung Bromo. Pengorbanan ini diyakini untuk meredakan kemarahan dewa dan membawa kesuburan bagi tanah.

Suku Tengger:

Suku Tengger adalah suku asli yang mendiami kawasan Gunung Bromo. Suku Tengger memiliki kepercayaan Hindu yang unik dan masih mempertahankan tradisi leluhur mereka. Salah satu tradisi yang terkenal adalah Upacara Kasada, di mana mereka mempersembahkan hasil panen dan hewan ternak ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk rasa syukur kepada dewa.

Kisah Cerita Misteri Gunung Bromo

Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan.

Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.

Kusuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib :”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji yang berupa hasil bumi dan di persambahkan kepada Hyang Widi asa di kawah Gunung Bromo. sampai sekarang kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

Larangan Di Gunung Bromo

Gunung Bromo begitu mempesona sehingga banyak para wisatawan dari berbagai negara tertarik untuk bisa menikmati keindahan alamnya. Namun untuk Anda yang akan berlibur ke gunung bromo harus tahu larangan apa saja yang harus ditaati ketika pergi ke bromo.

Dilarang Melangkahi Pawon
Menurut kepercayaan masyarakat Tengger, seseorang dilarang melangkahi pawon. Pawon sendiri merupakan alat untuk memasak dalam budaya Suku Tengger. Jika seseorang melangkahi pawon, dia diyakini akan kehilangan jodohnya atau jodohnya akan direbut oleh orang lain.

Membawa pulang batu bata dari Gunung Bromo
Larangan ini juga patut kamu ketahui karena jika tidak, itu bisa berakibat buruk pada diri kamu. Ketika kamu berwisata ke Gunung Bromo, jangan coba-coba membawa pulang batu bata dari tempat tersebut. Jika kamu melakukannya, ‘penghuni Bromo’ diyakini akan marah dan dapat membawa nasib buruk bagimu.

Kencing menghadap Gunung Bromo
Meski terdengar absurd, kamu nggak boleh buang air menghadap ke arah Gunung Bromo. Hal ini dipercaya akan membawa nasib buruk bagi pelakunya, karena aktivitas itu dinilai melecehkan ‘penghuni’ Gunung Bromo.

Bertindak atau berkata kotor saat masuk Pura
Datang ke Bromo belum lengkap jika belum mampir ke Pura Luhur Poten. Tapi ingat, jika kamu ingin berkunjung ke pura ini, dilarang keras untuk melakukan tindakan ataupun bertutur yang nggak pantas.

Wanita yang sedang haid dilarang masuk Pura
Selain tidak diperkenankan untuk bertindak, berbicara, atau berpikir hal yang nggak pantas di dalam pura, wanita yang sedang haid juga dilarang untuk masuk ke area suci tersebut. Jadi, jika kamu sedang dalam kondisi tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk masuk.

Jika berminat pergi ke bromo dalam waktu dekat dan belum tahu dimana letak gunung bromo, tidak perlu khawatir karena kami menyediakan paket wisata bromo dari malang dengan pilihan paket tour bromo midnight dan paket tour bromo 2 hari 1 malam. Jalur ke bromo juga sangat mudah di akses dari kota Surabaya dan kami juga menyediakan paket tour bromo dari surabaya.

Kesimpulan

Begitulah Sejarah Dan Legenda Gunung Bromo secara singkat yang berkaitan dengan pasangan ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng”  yang menjadi cerita rakyat asal usul masyarakat asli gunung bromo yang biasa dikenal dengan sebutan Suku Tengger. Cerita Misteri, Sejarah Dan Legenda Wisata Gunung Bromo  dengan peran ” Joko Seger “ Dan “Rara Anteng” sangat populer bagi wisatawan yang Liburan Ke Bromo.

Info Wisata Bromo Terkait :

3.8/5 - (9 votes)
Sejarah Legenda Gunung Bromo, Cerita Asal Usul Suku Tengger
Kembali ke Atas